Dilema Orang Perkotaan



“Idealnya sih makin kita ‘ditumpuk’, (kita) makin akrab dong, makin hangat”. Gerutuan itu meluncur dari mulut lelaki yang keluar dari kamar bernomor pintu 1203, dalam film Urbanis Apartementus.

Rindra, lelaki itu yang diperankan Abie Jie Assegaf, tengah terheran-heran dengan style bertetangga di tempat tinggal vertikal itu. Walau berpuluh-puluh kamar terisi dalam lorong gedung di lantai yang sama juga dengan kamarnya, dia lihat tidak ada penghuni yang sama-sama tegur.

Walau sebenarnya, nyaris sehari-hari mereka berjumpa muka, sekurang-kurangnya di lift atau lorong. Hidup dekat, namun bersekat. Atas nama privacy, hubungan jadi barang langka.

Baca Juga :
Desain Plafon Gypsum
Desain Ruko Minimalis
Model Garasi Mobil

Film indie itu mengangkat pola hidup baru warga perkotaan yang makin jauh dari jenis kehidupan bertetangga di lingkungan komunal. Senyum ramah serta tegur sapa bukanlah lagi punya mereka yang tinggal berdekatan, termasuk juga di tempat tinggal seperti apartemen.

Dahulu, orang Indonesia nyaris senantiasa diidentifikasi dengan label ramah, sukai tersenyum, serta sama-sama menolong. Tetapi, pola hidup beberapa penghuni apartemen di perkotaan Indonesia pada sekarang ini jauh panggang dari api dengan penggambaran itu.

Privacy vs interaksi

Urbanis Apartementus yang berdurasi 80 menit ini tidak bertele-tele memberi keterangan masalah penyebabnya serta jalan keluar atas keadaan kehidupan di apartemen. Tetapi, film ini terang melukiskan fenomena yang semakin menggejala di perkotaan, terlebih di apartemen, mengenai redupnya arti hidup bertetangga.

Dalam satu tahun lebih paling akhir, apartemen telah jadi alternatif baru untuk tempat tinggal di kota besar. Kesibukan yang terpusat di kota serta harga tanah untuk tempat tinggal tapak yang melangit, bikin beberapa orang memutuskan beli atau menyewa apartemen.

“ (Tetapi), ada ketidaksamaan tanggapan antar-kalangan yang tinggal di apartemen, ” tutur pengamat lingkungan perkotaan Deddy K Halim seperti diambil harian Kompas, Minggu (30/11/2014).

Menurut Deddy, kelompok atas berniat tinggal di apartemen untuk mencari privacy hingga condong tak menilainya utama hubungan fisik dengan tetangga.

“Mereka (kelompok atas) dapat mencari lingkungan pergaulan diluar apartemen, seperti club eksekutif yang mensupport pemenuhanprestise, ” tambah Deddy.

Demikian sebaliknya, kata Deddy, kelompok menengah masihlah terasa hubungan fisik dengan tetangga utama. Walau demikian, keadaan perkotaan menimbulkan banyak terbatasnya akses, termasuk juga pergantian dari lingkungan yang semula “horizontal” jadi “vertikal”.

Sebenarnya, di banyak lokasi apartemen, tempat bermain anak juga mesti sesuai. Janganlah mencari lapangan bola berlumpur di kompleks apartemen ya…

Media Partner : RumahAsik.com dan HargaMotor7.com
Sumber : Kompas.com
Previous
Next Post »